Analisa Konyol Popularitas Jokowi

Tahun 2014 ini merupakan Tahun demokrasi. Banyak baliho dengan berbagai poster caleg, capres dengan berbagai slogan dan pose yang kadang membuat senyum simpul bahkan tertawa ngakak. Pemilihan umum juga diwarnai dengan lomba popularitas para capres, dengan berbagai cara dan metode. Indikatornya adalah hasil survey.

Salah satu yang paling fenomenal adalah Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo atau biasa dipanggil Jokowi. Hasil survey lembaga manapun benar-benar mengunggulkan elektabilitas beliau ini. Terlepas itu pesanan atau tidak, saya benar-benar tidak tahu.

Mantan Walikota Solo dua periode ini memang memilik gaya yang lain dari tokoh atau pemimpin yang lainnya. Gaya blusukannya yang lebih mendekatkan diri kepada persoalan yang nyata di lapangan benar-benar mempesona publik sehingga melejitkan beliau di tangga bursa capres.

Photobucket Pictures, Images and Photos

Peran media terutama yang saya amati media-media online karena saya memang nggak langganan koran atau majalah, benar-benar sangat besar. Bagaimana tidak, hampir tiap hari tiap menit, selalu ada berita-berita tentang Jokowi. Diselingi berita tentang Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok, itupun mau nggak mau pasti menyinggung eksistensi Jokowi, lha siapa emang Gubernurnya. Bahkan ada media yang secara khusus menyoroti Jokowi-Ahok hari demi hari.

Hingga akhirnya ada pihak-pihak yang menuding bahwa popularitas Jokowi merupakan pesanan pihak-pihak tertentu yang menginginkannya berkuasa, dengan memberikan gelontoran dana, membentuk tim untuk memberitakan apapun yang beliau lakukan.

Pihak-pihak tertentu ini dengan dananya yang berlimpah membanjiri media online, media offline maupun forum-forum komunitas social media dengan berita-berita apapun, bahkan berita tentang merk sepatu ataupun berapa jumlah hem putihnya, sudah dicuci apa belum juga turut diberitakan. Tujuannya ya menjadikan beliau sebagai pemimpin sesuai pemesan/penggelontor dana.

Saya sedikit punya pemikiran yang berbeda tentang fenomena tersebut. Analisa konyol saya melihat bahwa gelontoran berita yang bagaikan air bah membanjiri pemikiran kita setiap harinya ini merupakan settingan, atau memang dibuat. Tetapi dibuat untuk apa, pemikiran saya justru untuk mengganjal beliau ini untuk melangkah ke babak selanjutnya (nyapres dong,apalagi coba).

Mengapa bisa begitu, coba panjenengan pikir, setiap hari kita dijejali dan dicekoki dengan berbagai berita yang cenderung seragam, cenderung itu-itu saja apa jadinya, ya bosen lah. Seperti awalnya kita lapar, kita melihat makanan yang enak, pasti kita lahap membabi buta makannya. Tetapi apabila makanan itu tersedia setiap hari, dan hanya itu-itu saja. Variasinya paling dikasih kerupuk, atau kurang pedas, lama-lama ya bosen, apalagi bila makanan yang udah tetap, ternyata agak basi, ya emoh.

Lama-lama kita bisa mikir, gebrakan-gebrakan beliau jadi kurang mak nyoss, “alah mung ngono thok” apatis. Apalagi bila ada saja sedikit kesalahan, wah itu bisa jadi sasaran tembak yang sangat empuk, karena masyarakat sudah cenderung bosan, jenuh kok dikasih kejelekan.

Saya mengamati di forum besar di Indonesia yaitu Kaskus dan Detik, dahulu awal-awal kemunculan Jokowi sebagai Calon Gubernur ataupun telah diangkat sebagai Gubernur, thread-thread yang memberitakan gebrakan-gebrakan beliau cukup banyak dan beragam, siapapun yang kontra, ataupun berkomentar miring, langsung dihajar habis-habisan, paling nggak reputasinya menjadi merah karena guyuran bata merah dari member lain. Hanya member-member militan yang berani membuat thread-thread dan komen-komen kontra.

Fenomena yang terjadi sekarang, thread yang kontra maupun yang komen kontra makin berimbang. Membuat thread kontra ataupun komen kontra tidak terlalu mendapat bully an seperti awal-awal dulu. Kalau menurut saya itu sudah mewakili tanda-tanda kebosanan atau kejenuhan. Orang jadi malas untuk mengikuti setiap thread tentang beliau, mungkin saja “Ah paling ngono thok”. Ingat puncak dari kebosanan adalah ditinggalkan, alias cari yang baru. Mungkin saja itu tujuannya. Siapa tahu?

Saya bukan pengamat politik yang memiliki background pendidikan politik. Hanya analisa pinggir jalan dan yang pasti konyol. Wis ngono thok…:-D

gambar :metrotvnews.com

 

This entry was posted in OPINI. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *