Di Balik Berkas Kumel

Photobucket Pictures, Images and Photos

Apa yang panjenengan pikirkan bila di depannya teronggok berkas kumal berdebu? Kalau saya ya pusing. Tapi mau bagaimana lagi distulah sumber data yang harus saya olah, kalau nggak ada data itu, nggak bakalan jadi nanti laporan saya, akibatnya, bos saya bisa nyinyir tujuh hari tujuh malam. Betapapun kumelnya, saya harus memperlakukannya dengan penuh sayang dan sabar. Biasanya sih kalau saya sudah apriori dulu, males dulu, jengah dulu sampai jangka waktu pemeriksaanya habis, ya berkas kumel dan kucel tadi masih tetap begitu-begitu saja. Tapi kalau sudah semangat 45, berkas kumel kucel tadi bisa berubah jadi emas permata.

Terkadang dari berkas kumel tadi bisa terangkai suatu cerita, saya dapat membayangkan kejadian-kejadian yang telah lampau dari berkas tadi. Misalnya, untuk menjual sebuah barang , apa saja yang harus dilakukan, misalnya mengadakan perjamuan dengan pelanggan, perjamuan dengan pejabat terkait bahkan bisa juga istilahe, ngopeni pejabat tersebut. Jadi apa yang ramai di media itu, memang nyata bukan rumor saja tentang ngopeni-ngopeni tadi. Kenyataan di dunia usaha memang begitu, makanya produk kita menjadi high cost dan sudah bersaing dengan produk luar.

Malah aktivitas pemiliknya juga kelihatan, misalnya tanggal sekian ambil uang kas untuk menghadiri kondangan, uang kas untuk familinya yang sakit. Kemudian, tetangganya ngutang pun kelihatan. Kalau auditornya yang ngutang, saya belum nemu (halah).

Di jaman yang sudah komputerisasi ini, banyak yang masih menggunakan pembukuan tradisional, pakai buku garis-garis seperti punya anak SD, panjenengan bisa kan membayangkan. Tapi paling nggak sudah lumayan, dari pada kalau ditanya pembukuannya mana, jawabannya:

“wah saya biasanya cuma dihitung kasar/kira-kira saja saja pak?”

“Wah kalau gitu, saya bawa flashdisk, biar datanya saya copy dari otak bapak” (ini auditornya sudah kalap, belum sarapan soalnya).

Seperti yang pernah saya alami, suatu ketika saya mempunyai wajib pajak yang harus dilakukan pemeriksaan. Sebelumnya kita sudah turun ke lokasi untuk menyampaikan peminjaman dokumennya. Nah, besoknya si wajib pajak ini datang dengan ngepit sebuah map kucel. Wah, naga-naganya bakalan nggak ada data deh, pikir saya.

“Pagi Pak, mau nyerahin dokumen yang dipinjam kemarin”

“Oh, iya silahkan Pak” Sambil makin kenceng melirik map kucel tersebut.

“Tapi dokumennya masih diluar,mari Pak” Ada harapan

Sesampainya di luar, Si Bapak itu menunjuk sebuah mobil box.

“Dokumennya disitu, Pak” Saya mulai lemes, dokumennya ternyata satu mobil box.

“Pak, ada softcopynya kan?” Penuh harap

“Maaf, Pak, pembukuan kami masih manual” Auditornya pingsan di tempat.

twitter@denbei10

This entry was posted in NDONGENG. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *