Bapak saya yang pensiunan guru SMP pernah bercerita bahwa dahulu bila mengantar murid-muridnya melakukan karya wisata ke telaga sarangan kemudian melanjutkan ke tawangmangu, harus melewati jalan dengan kemiringan hampir 45 derajat. Sehingga hanya sopir-sopir yang berpengalaman yang mampu melewatinya. Seorang teman kantor juga pernah bercerita bahwa terpaksa dulu ia harus melemparkan mobilnya ke sisi gunung supaya segera berhenti, karena remnya mulai tidak mampu menahan laju turunnya mobil. Bau gosong terbakarnya kampas rem sebagai tandanya.
Tapi itu dulu, sekarang telah dibangun sebuah jalan tembus antara cemoro sewu dengan sarangan, yang menyebabkan waktu tempuh antara magetan dengan karanganyar menjadi lebih singkat.
Jalan-jalan kami sekeluarga biasanya terhenti di Telaga Sarangan seperti di post ini , kali ini karena penasaran pengin mengetahui kondisi jalan hasil mega proyek yang saya yakin menghabiskan biaya ratusan milyar itu, maka kami dari telaga sarangan lanjut menanjak.
Bayangan kengerian seperti yang diceritakan ayah saya dan teman kantor saya sirna, begitu roda-roda menyusuri mulusnya aspal hotmix (kalau di kampung saya, istilahnya aspal korea, entah apa maknanya ), kanan kiri selang seling pemandangan lembah yang biru, yang kadang diselimuti kabut yang cukup tebal. Diwarnai dengan tanjakan-tanjakan ringan, tikungan-tikungan panjang sehingga bisa mengendarai dengan santai.
Banyak warung-warung di pinggir jalan yang bisa digunakan sebagai rest area dan gardu pandang. Jalan ini merupakan akses utama pintu pendakian Gunung Lawu di Cemoro Kandang. Bila telah sampai Cemoro Kandang, akan banyak rombongan pendaki gunung dengan carrier di punggungnya yang akan naik ke puncak Hargo Dumilah.
Lalu lintas nggak terlalu ramai sehingga kita bisa dengan leluasa menikmati pemandangan sepanjang jalan. Gelap dan tingginya hutan menambah suasana yang syahdu, sesekali melintas mobil dan pengendara motor beserta muatannya, biasanya sih rumput untuk pakan ternaknya.
Jalan ini pernah jadi sarana ujicoba mobil listriknya mantan Menteri BUMN Pak Dahlan Iskan, hingga mengalami kecelakaan karena menurut beliau terdapat fungsi yang salah dari rem. Terakhir, saya lihat mobil listrik ini teronggok di Museum Angkut di Batu Malang, waktu saya berkunjung ke sana.
Jadi jalan nanjak 45 derajat itu mana? Legenda dongeng menjelang anak-anak tidur masak begini tok, hehehe…
iyah, kayanya bapak cerita gitu biar nggak kena target anaknya buat diajakin kesana….ha ha ha
pake jalur lama om, nek ora kepoyoh – poyoh thithitmu .. wkwkwkwk
wkwkwk…ambooii…ndak iso mbayangkeee
Iyalah.tititmu mbok solasi pucuke dadi raiso kepuyuh2…..
keren banget pemandangan nya, cara moto nya itu gmana yah
terima kasih apresiasinya…caranya, sering-sering praktek aza..
ada pembangunan ya di Indonesia ini tidak seperti yang diteriakkan banyak orang orang jalan ditempatlah, tak ada pekembanganlah
Pengaruh media dalam membentuk opini juga sangat besar, media biasanya tergantung garis politik pemodalnya.
banyak yang pacaran dipinggir jalan biasanya
Bener mas, apalagi ditambah suhu dingin dan turunnya kabut, wuiihh
Jalur lama sy masih mengalami saat waktu SMA memang luar biasa bahkan saat nanjak arah stasiun TVRI ngeri masuk gigi 1 ban depan motor sampe terangkat tapi kami senang lewat jalur itu untuk trek trekan sampai tawangmangu
Kemarin pas tour ke wana wisata mojosemi dikasih tahu jalur yang lama, emang ngeri banget
wah emang kece mantap dah…..
Gw gak bakalan lagi lewat jalur lama tw.mangu sarangan. Kampas rem roda depan ngepul tebal. Ditengah turunan tajam sdh dihadang +/- 10 org bawa tali besar nawarin bantu nahan laju mbl, sambil nakut2i banyak kecelakaan. Tarifnya? selangit. Gw nekat, keluarga turun jln kaki (sdh dekat sarangan), trnyata gpp. Mbl brenti, ngadem di sarangan
wah, baru dengar info ada warga merangkap semi preman. untung sdh ada jalan tembus, semi preman itu akhirnya bubar jalan…
Emang tuh jalur lama curam bro aku pernah lewat sekitar tahun 90 an.Tromol RCku sampe coklat alias semi gosong heeee
alhamdulillah, pengalaman yang susah dilupakan masbro