Suatu sore akhir wiken yang damai adalah waktu yang tepat bagi keluarga kami (bertiga) untuk jalan-jalan menikmati keramaiannya. Biasanya dengan nge-Beat (Sepeda Motor Matic Merk Honda Beat), kami menikmati senja hingga menjelang magrib dengan berjalan nggak tentu arah tujuan dengan berkeliling kota.
Akhirnya tibalah kami di sebuah pintu perlintasan kereta Api yang sedang melengking sirinenya yang menandakan akan adanya kereta api yang lewat. Memang pintu perlintasan kereta api ini termasuk yang cukup sibuk karena disamping berdekatan dengan Stasiun Besar, juga terdapat perlintasan rel yang mengarah ke Depo Pertamina Madiun.
Pada waktu menunggu kereta api lewat, tiba-tiba istri saya nyeletuk dari belakang, “Kita nonton kereta api disitu saja”, sambil nunjuk sebuah jalan kecil di samping rel kereta api.
Hah, nonton kereta api? Yang benar saja. Kata saya dalam hati.
Ternyata di jalan kecil disamping rel tadi, sudah berjajar rapi pedagang-pedagang keliling dengan menggelar lapak dagangannya. Ada penthol, cilok, bakso, telur puyuh hingga es krim.
Tentu saja anak saya riang gembira melihat peluang untuk njajan membesar. Benar saja, begitu turun dari Beat, dia langsung nggeret tangan emaknya menuju makanan dijajakan.
Makin sore, makin ramai orang-orang yang berniat untuk nonton kereta api. Dari mulai keluarga beserta anak balitanya, sampai dengan remaja-remaja alay yang nongkrong haning out melihat kereta api. Anak kecil bersama ayah atau ibunya bermain-main di sekitar rel.
Begitu terdengar suara tanda dari Stasiun Besar dan disusul sirine dari penjaga pintu perlintasan, itulah saatnya untuk menyiapkan diri untuk mengambil view kereta api yang paling pas dan nyaman. Kereta akan datang dari arah Solo atau dari arah sebaliknya dari arah Surbaya, itu bisa kita dengar jelas dari pengumuman di Stasiun Besar.
Mereka memang benar-benar mencintai kereta api
Hiburan gratis yang menyenangkan. Anaknya senang, Otomatis Ibunya senang. Bapaknya lebih senang karena gratis 😀