Kembali postingan berbau politik saya luncurkan, meski sudah nggak anget dan mendekati dingin tapi belum basi, kecuali panjenengan mbaca/nemu blog ini pada Pilpres tahun 2024 ya pasti bakalan basi. Tapi meskipun begitu, apabila mbaca inti dari postingan ini, tanpa menyertakan karakter-karakter pihak yang berlaga, saya kok yakin masih relevan.
Kenapa baru sekarang saya posting, karena gelaran pilpresnya sudah selesai, sehingga apa yang menjadi inti postingan ini tidak termasuk dalam katagori kampanye. Sebagai buruh negara yang dikon ngalor yo ngalor dikon ngidul ya ngidul, saya dibatasi aturan-aturan tertentu. Seperti yang telah saya ungkapkan di postingan ini.
Maka berbahagialah bagi panjenengan yang bisa bebas menuangkan ide, pikiran tanpa dibatasi sesuatu, yang penting idenya disini bukan malah memancing eker-ekeran ya.
Ada dua pasangan calon, saya lebih fokus di pilihan calon presidennya. Karena dengan berbagai dalih apapun wapres hanyalah pembantu, dimana-mana peran pembantu itu ya dibelakang layar, begitu begitu saja.
Apapun yang dikerjakan bagus atau jelek yang dapat nama pasti orang nomor satu, presiden. Wakil presiden tetep the man behind the gun. Diantara dua calon yang berlaga ini yaitu : Pak Prabowo dan Pak Jokowi, saya yakin semuanya orang baik, punya kapasitas, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Khusus Pak Jokowi justru telah mendapat postingan khusus di blog ini. (Macam blog besar dan berwibawa saja :-D). Bagaimana dengana analisa barisan pendukungnya? Makin dianalisa berdasarkan informasi yang bertebaran, malah makin galau. Jujur saja, meskipun saya pernah merasakan hasil kepemimpinan Pak Jokowi di Solo sana, bahkan beliau ini pernah saya buatkan postingan khusus, tapi hati nurani lebih sreg memilih Pak Prabowo, apapun alasannya.
Tapi saya benar-benar kurang cocok sama barisan pendukungnya Pak Prabowo ini. Memang pak Prabowo dicitrakan tegas, tapi nggak mungkin bisa melepaskan diri dari kepungan para pendukungnya yang kebanyakan memiliki track record yo ngono kuwi. Nggak usah saya sebutkan, sudah banyak referensi bertebaran di dunia luna maya.
Bingung? Jelas. Saya berdiskusi dengan istri, ternyata setelah melihat hiruk pikuk , bukannya bisa menentukan pilihan, malah makin pusing. Bahkan dia, istri saya tercinta itu memberikan ide yang anti mainstream dan rada konyol tapi fair.
“Karena kita jadi bingung, piye lek calon pilihannya dibagi saja, Aku milih Pak Prabowo, Sampeyan Pak Jokowi. Mathuk ta?”
Lha saya ya rada nggragap, tanpa pikir panjang saya manggut-manggut setuju dengan ide yang sungguh adil itu. Perempuan memang susah diterka pikirannya. Saya pikir ide itu bisa sebagai jalan ditengah kegalauan yang melanda. Yang penting jangan golput, gelaran pesta demokrasi hanya sekali dalam waktu lima tahun kok nggak ikut, cuman modal nyoblos saja. Eman.
Diskusi dengan adik saya, jelas dia milih Pak Jokowi dengan beberapa kali ngasi link-link referensi pemikiran dari blog-blog populer dari tokoh-tokoh populer juga. Tapi maaf saya bergeming. Itu sangat subyektif.
Terakhir ngobrol dengan bapak ibuk saya, semuanya kompak dan simpel, Pak Prabowo. Alasan bapak, sangat simpel, beliau suka dengan kegagahan dan ketegasan Pak Prabowo. Wis, itu thok. Ibuk milih Pak Prabowo karena berkaitan dengan profesinya sebagai guru, lumayan komprehensif dan masuk akal.
Bahkan hingga waktu tiba hari pencoblosan, saya di box pencoblosan sama istri masih cengar-cengir “Milih sopo?”
Akhirnya saya mikir cepat, “Milih Pak Prabowo wae”
Sampai di rumah, ditanya sama bapak dan ibu “Sidane milih sopo?”
Kami serempak menjawab “Pak Prabowo”
Terlihat senyum kelegaan dan kebahagiaan di wajah mereka.
Alasan memilih presiden bisa berbagai macam, dengan survey dan studi njlimet. Tapi kami memilih alasan yang simpel, membahagiakan orang tua.
Photo diambil dari :http://bandung.bisnis.com