Audit Ditemani Gonggongan

Kemarin, saya ditugaskan untuk ngaudit seorang wajib pajak. Bersama tim yang mayoritas ibu-ibu saya meluncur ke lokasi sesuai surat perintah. Lokasi sesuai surat perintah udah berupa gedung kosong nggak ada manusia sebiji pun, akhirnya setelah mencari info lebih lanjut, saya dan tim menuju lokasi dari info terbaru. Jadi ceritanya, wajib pajak ini usahanya sudah kolaps, nggak ninggalin apapun, tapi tentu saja akan di cek lebih lanjut.

Sesampainya di lokasi, ternyata adalah sebuah toko. Setelah nanya-nanya ke pemilik (pegawai?),diberi informasi kita disuruh masuk sebuah pintu. Pintu dibuka, ternyata berupa lorong dan tangga ke atas, dengan minim pencahayaan. Saya udah mbayangin kaya di film-film horor aja. Kita naik ke atas, dan disambut si empunya rumah(ruangan?). Ruangannya sebesar aula luas tanpa ada perabotan meubel, hanya ada sebuah meja marmer kecil di tengah-tengahnya. Di atasnya terdapat serbuk-serbuk untuk persembahyangan etnis Tionghoa. Tetap, sinar matahari yang enggan masuk menambah suram ruangan.

Si empunya rumah, direktur wajib pajak yang kami periksa menemui dengan pake kolor, kelihatan baru bangun tidur, dan seekor anjing. Si anjing ini nggak pernah berhenti menggonggong sejak kemunculannya. Si direktur pake kolor ini bercerita tentang kronologi perusahaannya, mulai berdiri sampai kebangkrutannya. Herannya, tiap kita bertanya atau menimpali ceritanya, si anjing menyalak kencang. Saya makin kecut, apalagi ibu-ibu rekan setim saya.

Tanya jawab jadi dialog satu arah karena saya dan tim nggak mungkin ikutan ngomong kalo nggak mau bersahutan dengan gonggongan.

twitter@denbei10

This entry was posted in NDONGENG. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *