Foto :Putri Retno Dumilah, tokoh yang cukup lekat dengan sejarah Kerajaan Mataram dan Kabupaten Madiun
Saya suka hal-hal yang berbau teori konspirasi, teori othak gathik mathuk (teori asal susun menyusun tetapi cocok).
Budaya jawa penuh dengan simbol. Bagaimana kasus-kasus skandal pejabat negara (kerajaan) jaman dahulu bisa disimbolkan (disamarkan) dengan manis oleh sejarawan tanpa harus menjatuhkan wibawa sang pejabat.
Salah satu contoh adalah skandal di Kerajaan Pajang (atau Demak?), dimana dikisahkan seorang pejabat kerajaan bernama Ki Ageng Pemanahan secara tidak sengaja meminum Kelapa muda yang diperoleh oleh kenalannya yang bernama Ki Ageng Giring, melihat gelarnya saya mengambil kesimpulan bahwa temannya ini juga pejabat. Kelapa Muda ini diceritakan diperoleh tiba-tiba dengan disertai pesan khusus, yang intinya barang siapa yang meminum airnya, akan menurunkan raja-raja di tanah Jawa. Kelak memang anak keturunan Ki Ageng Pemanahan ini benar-benar merajai tanah jawa.
Dimana letak simbolognya? Inti simbolognya sebenarnya adalah “kelapa muda”. Kelapa muda disini merupakan simbol dari wanita, wanita disini bisa diartikan istri dari Ki Ageng Giring karena kelapa mudanya milik dari Ki Ageng Giring. Sehingga apa yang terjadi dengan kisah tersebut adalah tidak lebih hanya kisah cinta segitiga antara Ki Ageng Giring, Nyi Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Dalam cerita selanjutnya, terdapat pernyataan kepasrahan dan keikhlasan dari Ki Ageng Giring melihat ‘air kelapa muda’ nya telah diminum, sehingga Ki Ageng Giring merasa sudah tidak berhak lagi untuk memiliki ‘kelapa muda’ tadi dan dengan penuh keihklasan menyerahkan kepada Ki Ageng Pemanahan. Panjenengan simpulkan sendiri ya….
Sebuah penyamaran sejarah yang ditulis dengan sempurna, apa yang terjadi bila sejarah yang tertulis menyebutkan bahwa Raja-raja Jawa hasil skandal kisah cinta segitiga?
Simbologi selanjutnya adalah Jamus Kalimosodo yang terdapat dalam cerita pewayangan di tanah Jawa. Diceritakan Jamus Kalimosodo ini merupakan senjata yang sangat sakti dan selalu menjadi rebutan antara Pandawa sebagai simbol kebajikan dan Kurawa sebagai simbol keangkara murkaan. Akhirnya memang Jamus Kalimosodo ini dikuasai pihak Pandawa.
Di negara asalnya sana dunia wayang India, tidak terdapat jenis senjata ini. Sesampainya di tanah jawa, cerita ini dimodifikasi disesuaikan dengan budaya saat itu yaitu Islam, kalau nggak salah penciptanya adalah salah satu Wali Songo, Sunan Kalijaga.
Sebenarnya apa sih senjata Jamus Kalimosodo ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah lima kalimat Rukun Islam, dimana pada saat itu wayang sebagai kesenian digunakan sebagai sarana dakwah.
Kalau nanti ketemu simbol – simbol yang lain, akan saya update.
*sekedar angen2 dan othak gathik mathuk..
Pingback: Memperkenalkan: Denbei.info | A New Day Has Come
loalah, wes kadung arep tumbas air kelapa….. trnyata simbolisme toh… #manggut2
hihihi….tapi air kelapa kemarin membebaskan saya dari keracunan nasi pecel….:-D