Sudah menjadi rahasia umum di negeri ini bahwa transportasi adalah sebuah masalah yang sulit untuk daerah-daerah terpencil terutama di wilayah Indonesia Timur.
Dahulu, waktu saya masih tugas di Maumere, Flores Nusa Tenggara Timur, transportasi buat mudik itu cukup sulit. Pesawat dari Surabaya, mahalnya minta ampun dan itupun nggak setiap hari, kemudian ada kapal cepat yang dioperasikan PT. ASDP, cuman awalnya saja yang cepat, makin lama makin lemot kaya kapal tongkang, akhirnya gulung tikar juga.
Sekitar akhir tahun 2002, saya barengan teman-teman sekantor sudah menyiapkan jauh-jauh hari buat mudik lebaran. Tentu saja mudik pake moda transportasi apa, menjadi bahan pertimbangan. Darat, langsung kena coret, karena jalanan di Pulau Flores itu pegunungan dengan medan yang sangat sulit, dari ujung timur di Larantuka, sampai dengan ujung barat di Labuan Bajo. Pesawat? Dengan harga tiket yang waktu itu hampir 2 juta rupiah sekali jalan, rasanya sangat nggak masuk akal dengan ukuran kantong kita. Coret.
Kemudian, ada seorang teman mengusulkan naik pesawat angkut TNI Angkatan Udara, Hercules. Emangnya bisa? Bisa kata teman saya, dengan harga tiket yang 500 ribu rupiah waktu itu, cukup masuk akal dengan kondisi kita. Akhirnya kita sepakat.
Beberapa minggu sebelum hari keberngkatan, oh iya pesawat hercules ini adanya satu bulan sekali, kita booking tiket dulu alias mendaftar ke kantor TNI AU terdekat, kemudian setelah menyerahkan uang tiketnya, kita dapat surat keterangan izin terbang, yang tercantum di surat keterangannya itu kita dianggap famili dari anggota TNI, misalnya famili Sersan Amir.
Nah, pada hari keberangkatannya, kita datang di Bandara Wai Oti, nama bandara di Kota Maumere. Sampai disana sudah menunggu petugas untuk check in, petugasnya ini ya bapak-bapak dari TNI AU tadi, dengan menunjukkan surat keterangan yang sudah kita dapat, plus ditimbang. Ingat bukan hanya barang bawaan kita yang ditimbang, tetapi barang plus kita nya, pake timbangan beras. Barang melebihi kuota, harus ditinggal.
Setelah waktu yang ditentukan, kita disuruh ke pesawat Hercules yang sudah parkir di Bandara, karena biasanya pesawat tersebut datangnya sudah kemaren sorenya. Dengan berlari kita menuju lambung pesawat yang sudah terbuka, karena kalau sudah penuh dan nggak kebagian tempat, ya batal naik Herculesnya.
Gimana kondisi di kabin pesawat? Namanya saja pesawat tentara, tempat duduk juga ala kadarnya. Nggak dapat tempat duduk?Silahkan berdiri kaya di bis kota. Seat Belt kalau pesawat take off/landing? Silahkan cari pegangan masing-masing. Sepanjang pesawat mengudara, saya cuman dapat berdiri, kalau merasa capek, tinggal jongkok. AC? aha jangan bercanda. Pada saat turun di Juanda, nggak terasa kaos yang saya pakai udah basah kuyup oleh keringat. Oh iya, Bandara Juanda bagian belakang, bukan yang reguler.
Rumornya, kalau pas di udara, pesawat diperlukan di wilayah Aceh misalnya, ya kita harus ikutin kesana dulu. Oh iya, di Surat Keterangan Ijin terbang tadi, ada klausul yang kurang lebihnya menyebutkan, Apabila terjadi pesawat jatuh, TNI AU tidak mengakui keberadaan kita. Horor ……
twitter@denbei.info
Sekarang masih boleh ngga sih om?? kalau ada contactnya boleh dong.. pengen sekedar mempernahkan naik hercules..