Pantai Kedung Tumpang, Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung. Sebenarnya bukan sebuah pantai, tapi ceruk batu-batu karang. Sedang nge-hit menjadi perbincangan bagi kaum traveller dan selfie hunter di republik ini. Pengaruh kabar dari status ke status lini masa social media benar-benar luar biasa tentang foto keindahan pantai ini. Sebenarnya saya sudah agak lama mengetahui keberadaan dan keindahan pantai ini tersebut karena beberapa aktifis group wisata di facebook explore tulungagung yang saya ikuti telah memposting foto-foto pantai itu.
Seperti biasa, saya baru tergugah untuk mengunjunginya setelah beberapa teman yang notabene berada di penghujung negeri (dulu pernah sekantor) bertanya melalui WA kepada saya informasi tentang pantai tersebut. Karena mereka tahu pasti saya seorang anak asli Tulungagung.
Dengan menahan malu dan wajah merah merona tapi untunglah mereka tidak bakalan melihat karena melalui WA, saya harus menjawab jujur bahwa saya belum tahu babar blas. Sepupu saya, Zein yang hobinya ngeluyur dari satu pantai ke pantai waktu saya tanya malah juga belum tahu.
Akhirnya saya bertekad untuk menyambanginya sendirian meskipun saya cukup pesimis mengingat aksi mblasak terakhir saya ini di wilayah selatan gagal total, dan inilah hasil pandangan mata saya selama mblasak di Kedung Tumpang.
Untuk mencapai lokasi caranya cukup simpel. Temukan ibu kota Kecamatan Pucanglaban, bila dari Kota Tulungagung bisa melalui Ngunut dan Kalidawir. Sampai di ibukota Kecamatan Pucanglaban, akan banyak petunjuk arah sederhana ke lokasi. Bila ragu bisa bertanya ke warga.
Jalanan akan melewati hutan jati meranggas dengan jalan sedikit berlubang tapi secara keseluruhan cukup mulus meskipun sempit. Sampai di lokasi bila menggunakan mobil cukup di parkir di halaman rumah penduduk kemudian meneruskan perjalanan dengan ojek. Pulang pergi. Bila menggunakan motor bisa langsung ke parkir atas tapi memerlukan sedikit keahlian grass track.
Di atas sudah bertebaran lautan sepeda motor yang parkir sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Siapkan fisik untuk menuruni bukit dengan kemiringan ekstrim sambil berpegangan akar atau ranting pohon sekenanya. Sisakan tenaga untuk kembali karena di lokasi kedungnya, penuh batu-batu besar yang untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Buang jauh-jauh sandal jepit dan sepatu pull tipis, apalagi high heels. Beberapa kali saya berpapasan dengan pengunjung yang nyeker karena bila memaksakan diri pasti akan mbrosot ke jurang.
Karena saya datang pas long wiken, suasananya sangat krodit dan susah buat cari angle bagus karena dimana-mana tempat dipenuhi anak manusia untuk selfie. Istilahnya “No room for serious photographer (halah). Untuk pindah tempat cukup sulit karena harus mendaki batu-batu besar nan licin, sedangkan harus menghemat tenaga untuk naik kembali.
Sebenarnya bisa saja ke sana pada waktu bukan hari libur, tapi setelah saya perlihatkan foto paling diatas, alarm manusia satu ini sudah berbunyi bahwa tempat itu rada wingit dan singup. Tempatnya memang di ceruk bukit dan batu-batu karang besar.
Selamat mbrosot