Tentang Mencintai Alam (1)

Puncak Garuda

Baru berlalu dari indera kita seseorang yang celaka akibat mendaki gunung karena jatuh ke kawah dari puncak Garuda di Gunung Merapi. Bagaimanapun kegiatan mendaki gunung merupakan kegiatan yang sangat berbahaya. Apalagi Gunung Merapi yang masih sangat aktif. Selain itu sudah cukup sering kita dengar di berita para pendaki yang hilang atau tersesat serta jatuh. Tetapi semakin hari, kegiatan ini semakin digemari, kecuali oleh saya (halah).

Saya tidak hendak menghakimi pendaki gunung yang celaka itu, apapun tujuannya musibah telah terjadi dan kita doakan semoga arwah pendaki gunung tersebut diterima di sisi Allah SWT. Amin

Nah sejak kecil, saya sebenarnya sudah anti bin alergi dengan kegiatan macam mendaki gunung, berkemah pramuka dan sejenisnya. Entah kenapa, nggak sedetikpun saya menikmati kegiatan yang katanya memupuk rasa mencintai alam. Untuk kegiatan mencintai alam, saya mikir masih ada cara lain.

Berkemah dan Pramuka

Cara memupuk kemandirian dan mencintai alam salah satunya adalah kegiatan Pramuka, betul?

Pramuka Berkemah

Sebagai murid sekolah di desa, hanya ini extra kurikuler yang saya ikuti dan memang satu-satunya kegiatan extra yang disediakan oleh sekolah dan diwajibkan setiap muridnya untuk mengikuti.

Sebagai anggota Pramuka yang baik tentu saja saya harus mengikuti kegiatan inti yang amat sangat saya benci, berkemah. Entah berkemah dalam acara Persami (Perkemahan Sabtu Minggu) atau kegiatan yang lain biasanya perkemahan dengan durasi lebih panjang, dalam rangka memperingati Hari Pramuka Nasional atau berbarengan dengan event Jambore Nasional.

Berkemah adalah kegiatan yang saya benci, karena harus merampas kenikmatan saya menghabiskan malam di atas kasur yang empuk. Tiap saya mulai merebahkan badan di dalam tenda yang aromanya dipenuhi aroma kaus kaki yang tidak pernah dicuci selama tujuh hari tujuh malam, beralaskan tikar keras di atas tanah. Karena itu, kemudian saya selalu membayangkan nikmatnya kasur dan bantal guling di rumah. Akhirnya semalaman tidak bisa tidur. Betul, saya memang orangnya pemalas. Hihi

Sebenarnya untuk kebutuhan makan tidak ada masalah. Jadi pernah waktu itu saya (SMP) dan adik saya ini (SD) berkemah di event yang sama. Karena dua anak lelakinya berkemah, Ibuk saya pasti juga menjadi pembina murid-muridnya berkemah di tempat yang sama karena masih satu kecamatan.

Sehingga bila waktu makan tiba, teman-teman yang lain pada sibuk bikin makanan. Saya dan adik saya ngacir ke tenda murid-murid ibuk saya karena sudah dibawain makan dari rumah. Pramuka kok manja, nggak sportif nggak mandiri? Untunglah masa-masa SMA dan kuliah tidak ada lagi pemaksaan hak azasi manusia dalam memilih kegiatan luar sekolah.

Saya sempat mengenal dengan beberapa orang yang sangat mencintai kegiatan ini, sampai-sampai pada hari pernikahannya mengambil tema Pramuka lengkap dengan baju coklat, setangan leher dan baret. Tidak lupa lambangnya Tunas kelapa.

Salam Pramuka !

(Bersambung)

pic diambil dari :

http://alamendah.org

http://jogjaupdate.com

This entry was posted in NDONGENG. Bookmark the permalink.

4 Responses to Tentang Mencintai Alam (1)

  1. galihsatria says:

    Mungkin setelah hobi fotografi bisa menghilangkan alergi hidup di alam? Foto yang di sini: https://www.flickr.com/photos/galih/sets/72157605188486131 adalah hasil mendaki gunung seharian (jam 9 sampai jam 6 sore), terus tidur di tanah super keras, udara dingin 5 derajat celcius, bangun jam 3 pagi buat muncak lalu dapat foto ini hehehe…

    Pokoknya sampai atas jadi lupa perdjoeangan naik, lupa juga abis itu harus berdjoeang buat turun kwkwkw…

    • denbei says:

      Wah fotonya belum pernah aku lihat, keren2. Beberapa waktu lalu, naik gunung buat hunting air terjun yang masih alami. Umur dan perut nggak bisa dibohongi….

  2. Penulis tamu says:

    mari mencintai alam (y)
    salam kenal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *