Petualangan di Rumah Dinas (Kontraktor the Series)

Bersepeda di Komplek Rumah Dinas

Kontraktor the series, tulisan saya tentang kisah hidup pindah pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Suatu saat ketika masih di madiun kami sekeluarga menghadapi situasi yang biasa dihadapi oleh para pengontrak di seluruh muka bumi ini yaitu kontrakan mau habis. Mengingat waktu yang semakin mepet dan mengingat juga kontrakan kami yang lama ini kondisinya makin memprihatinkan kami bermaksud mencari kontrakan baru. Tiba tiba saja ada yang menawari agar memakai rumah dinas yang lagi kosong. Gayung bersambut saya yang sedang butuh rumah tidak berpikir dua kali untuk menerimanya. Siapa sangka saya yang gedibal ini mendapat kehormatan memakai rumah dinas yang menjadi rebutan para pegawai kantor pajak di manapun berada . Yang kabarnya hanya pejabat dug deng saja yang boleh menempatinya.

Ketika kepastian akan pindah ke rumah dinas ini, para tetangga langsung memberikan info gratis yang menyatakan bahwa lokasi rumah dinas yang bakal saya tempati adalah tempat nya para pocong mengadakan muktamar. Hah, saya yang pada dasarnya penakut mendadak ciut nyali. Bedanya si Mama tampak tenang tenang saja karena membayangkan 9 juta setahun kali beberapa tahun aman sentosa di dalam dompetnya.  😀

Terdiri dari enam rumah dimana rumah yang paling besar yang katanya dulu di plot untuk kepala kantor justru dalam kondisi rusak berat, kemudian memanjang ke belakang terdiri dari tiga rumah dan dilanjutkan dua rumah membentuk huruf L. Diantara tiga rumah dan dua rumah terdapat pekarangan kosong yang kalau dibiarkan hanya ditumbuhi serumpun pohon pisang dan semak-semak.

Akses dengan jalan raya hanya jalan tanah berbatu sederhana. Di depan kompleks ini terdapat kantor kelurahan Taman dan sebuah aula yang bila malam digunakan untuk olahrga badminton sampai jauh malam. Rumah Dinas yang kebetulan saya tempati ini cukup mungil terdiri dari dua kamar tidur satu dapur dan 2 ruang keluarga yang salah satunya digunakan untuk ruang tamu. Tidak lupa juga garasi mobil yang kondisi rolling doornya sudah macet karena karatan. Jalanan berbatu itu menjadi tempat yang nyaman buat Kaka yang lagi senang-senangnya bersepeda.

Kelebihan lain adalah kompleks itu sangat aman karena lokasinya memang nyempil. Waktu ditinggal mudik, kami lupa ngunci kami lupa mengunci pintu samping, dan Alhamdulillah ternyata memang aman. Yang jelas, kehadiran Karin sepertinya berproses di situ 😀

Memang sepertinya info dari para tetangga di rumah yang lama itu benar, karena waktu Kaka saya ajak melihat pertama kali rumah ini katanya ada penampakan di dalam rumah yang kemudian sudah lari. Entah penampakan apa entah benar apa tidak. Saya memang sengaja mengajaknya selepas Magrib.

Salah satu penghuninya adalah yang sebut saja namanya Pak Kusbroto bujang lokal seorang kepala unit yang terkenal penakut, saking penakutnya menurut tetangga yang rumahnya mepet, kalau mau ke kamar mandi di waktu malam harus menunggu suara tetangga sebelah ke kamar mandi juga. Bahkan tiap wiken karena komplek sepi ditinggal penghuninya mudik, Pak Kusbroto ini lebih memilih menginap di hotel. Pernah suatu kali dia ngotot nyuruh orang untuk membersihkan kebon kosong sebelah perumahan dengan alasan karena pepohonan pisang yang ada di situ adalah tempatnya para kuntilanak arisan.

Suatu kali selama beberapa hari rumah Pak Kusbroto dalam keadaan kosong meskipun nggak ada wiken dan hari libur. Keadaan ini menimbulkan keheranan saya dan si Mama, keheranan saya makin menjadi ketika di kantor dia bekerja seperti biasa. Brarti nggak dalam posisi mengambil cuti atau dinas luar kota.

Keheranan saya terjawab lunas ketika suatu sore Kaka tiba-tiba antusias bercerita.

“Yah, kemarin habis Magrib pas aku pulang dari rumah Nella (anaknya salah satu penghuni rumah dinas), aku lihat ada pocong lagi tiduran di terasnya Pak Kusbroto”

Kontan alis saya langsung terangkat dan si Mama yang lagi nyuci piring seketika itu juga menghentikan aktifitasnya. Belum sempat saya membuka mulut menanggapi, si Kaka meneruskan ceritanya.

“Tapi pas ketemu dengan Pak Kusbroto, aku sudah bilang supaya pocong itu diusir dari rumahnya Yah”

Glek…terjawab sudah misteri lenyapnya Pak Kusbroto beberapa hari ini

Menjelang tengah malam, Pondok Daun Kota Makassar.

 

This entry was posted in NDONGENG. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *