Lounge Bandara dan Kenorakan Saya

Salah satu problem saya sebagai seorang traveller tetap yaitu makanan . Traveler tetap maksudnya rutenya tetap, yaitu rute mudik dan balik. Kalau disempatkan makan sebelum ke bandara,belum juga sampai naik pesawat sudah lapar lagi. Kalau makan di bandara mahalnya minta ampun. Harganya bisa empat kali lipat. Sebagai traveler budget, selisih hargnya bisa untuk pengeluaran lain misalnya taksi. Bila membawa bekal, ribetnya minta ampun. Paling simpel memang makan di bandara sambil menunggu waktu boarding.

Mendengar keluh kesah saya, seorang teman nyeletuk.

“Kamu punya kartu kredit kan?”

“Iya punya”

“Kenapa nggak kamu manfaatkan saja fasilitasnya. Salah satu fasilitasnya kan bisa makan sepuasnya di lounge bandara dengan charge bisa dikatakan free.”

Ah masa sih. Saya memang punya kartu kredit, meskipun dapatnya juga nggak sengaja. Ceritanya si Mama iseng iseng isi permohonan kartu member di sebuah   perbelanjaan biar kalo belanja banyak promo dan diskon, gitu katanya. Kodrat alami makhluk bernama perempuan. ternyata yang dimasukkan waktu mengisi databasenya adalah KTP saya. Nggak tahunya yang dikirim ke rumah adalah kartu kredit bukan kartu diskon, ya sudah kepalang basah kartu kredit itu saya pakai hingga sekarang.

Cukup simpel dan praktis dengan adanya kartu kredit ini, membeli tiket pesawat di aplikasi juga tinggal klak klik beres. Bayarnya juga bisa bulan depannya, tetapi perlu dicatat bahwa kartu kredit ini bunganya sangat mencekik, bila ingin terbebas dari bunga, lunasilah sebelum jatuh tempo.

Sekarang ini di media sosial bersliweran status-status share-share an dari teman-teman di facebook bahwa memelihara, menyimpan kartu kredit adalah suatu tindakan yang mendekati riba, dimana merupakan masuk dosa yang besar. Karena tausyiah-tausyiah inilah terbersit keinginan untuk segera menutup kartu kredit yang saya miliki.

Malam ini, Bandara Makassar kroditnya minta ampun. Biasanya sehabis check in saya keluar lagi menuju salah satu resto fast food diluar yang harganya cukup manusiawilah. Tetapi karena chcek in nya lama dan antri saya malas harus keluar lagi toh nanti harus melalui counter  xray lagi dari awal.

Saya mikir langsung ke gate saja sambil nyoba lounge di dekat gate 6. Awalnya agak ragu sih, apa iya kartu kredit saya bakal diterima. Kalo nggak diterima kan malu juga. Tetapi mau langsung ke resto di ruang tunggu, eman-eman mahalnya. Akhirnya saya merayap ke recepsionis di lounge . Kartu kredit diminta, dengan boarding pass. Proses ga sampai lama, pelayanan ramah pula mbak nya. Disitu ternyata banyak banget tersedia makanan yg bebas diambil sekuat perutnya. Berbagai minuman dan makanan kecil serta majalah dan koran. Kekurangannya mungkin adalah bolak-balik ada penawaran penambahan kartu kredit.

Tempatnya nyaman untuk melepas jenuh menunggu waktu boarding. Ternyata di lounge ini juga ada pemberitahuan bahwa penerbangan ini sudah waktunya boarding, jadi nggak harus mendekati Gate lagi. Lebih penting lagi, charge nya hampir mendekati gratis karena biayanya hanya Rp. 1 saja. Hemat beib 😀

Saya memang norak, hanya karena keengganan untuk mencoba bisa mengabaikan fasilitas yang diberikan yang seharusnya bisa kita nikmati. Akhirnya niat untuk menutup kartu kredit karena tausyiah di facebook saya singkirkan jauh-jauh. Maafkan

Terbang malam, QG 613 UPG-SUB

This entry was posted in TRAVELING. Bookmark the permalink.

One Response to Lounge Bandara dan Kenorakan Saya

  1. wah, di distro rata rata 200 rebuan 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *