The Runaway Bride ala ala

Hari beranjak menjelang siang, sebentar lagi waktu istirahat makan siang di kantor ketika mata saya masih melotot menekuri layar monitor yang sedang memampang aplikasi sejuta umat besutan Mbah Gates, Microsoft Excell yang legendaris, meneliti kebenaran data yang saya input dengan berkas wp. Tiba-tiba HP Xiaomi Mi4c butut saya menyalak, dengan memampang kontak WA  si Mama di layarnya.

“Yah, aku mau kondangan manten di tetangga, dari rumah agak jauh ketimur sih” Meski kami sedang LDR an kebiasaannya untuk pamit bila keluar rumah masih terbawa.

“Ke rumah siapa?” dia menjawab sambil menyebutkan nama salah satu tetangga.

“Kaka dan Karin tak ajak kok”

“Ya wis hati-hati” balas saya pendek sambil melanjutkan aktivitas tadi sampai waktunya istirahat makan siang.

Sore harinya, sesudah pulang kantor sesampainya di kamar kos saya yang hangat, pakaian kerja pun telah berganti dengan kaos oblong ringan. Mandi? mengko dhisik. Tiba-tiba nama si Mama muncul lagi di layar WA Mi4c saya.

“Yah, bisa telfon?”

Dia tahu kalau saya punya paketan telpon unlimited sak jebole dari salah satu provider seluler. Langsung saja saya cari ikon phone dan mencari nama kontaknya. Sejurus kemudian pun tersambung.

“Pas aku kondangan manten tadi ada yang aneh, dan misterius” dia mengawali ceritanya.

Sugeng midhangetaken carios candhakipun…

Continue reading

Posted in NDONGENG | Leave a comment

Traveling dengan Kereta ke Jakarta

Waktu itu saya sedang dalam perjalanan mudik rutin dua mingguan ketika secara mendadak turun perintah untuk tugas ke kantor pusat pengumpul pajak di Jakarta. Sebagai buruh yang dikon ngalor ya ngalor dikon ngidul ya ngidul, tentu perintah ini nggak bisa ditolak. Karena posisi sudah di kampung, akhirnya saya memilih transportasi menggunakan kereta api untuk mencapai Jakarta. Saya pilih kereta api eksekutif Gajayana karena hanya itu kereta paling nyaman yang melalui kota Tulungagung yang permai ini.

Tiket menunjukkan waktu keberangkatan pukul 15.52 amboi ada angka sakti dua, tiket pesawat saja nggak ada waktu dengan bilangan seperti itu. Saya pun telah siap di stasiun Tulungagung setengah jam sebelumnya. Dimana sebelumnya sempat melakukan print out boarding pass dengan memasukkan kode booking yang saya peroleh waktu beli online via aplikasi di hp android. Stasiun kereta merupakan tempat yang sangat nyaman dan bersih, ruang tunggu bak bandara internasional dengan aroma restoran khas bandara yang bertebaran disitu.

Ini stasiun kota kecil bung.

Continue reading

Posted in TRAVELING | Leave a comment

Traveling dengan Angkutan Online

Akhirnya setelah eror, blog nya bener juga. Erornya sudah lama, tetapi karena banyak kerjaan jatuh tempo, jadinya agak terbengkalai. Beberapa tulisan ini draftnya sudah jadi lama, tetapi karena blog nya eror baru dipost sekarang. Berikut diantaranya…

Beberapa hari terakhir ruang penglihatan dan pendengaran kita dipenuhi oleh hiruk yang mempikuk tentang terjadinya konflik antara angkutan online dan sistem yang konvensional. Konflik bahkan diwarnai dengan bentrokan dan kekerasan menjurus tawuran massal. Sebagai traveller rutin, tentu saja saya selalu menggunakan berbagai moda akngutan transportasi konvensional. Taksi, ojek bus dsb. Berbagai pengalaman pernah saya temui. misalnya ngetem, sikap sopirnya yang kasar ataupun menentukan tarif seenak jidat sndiri yang karena butuh dan kepepet mau nggak mau tetep harus diterima. Istilah argo kuda.

Pernah suatu kali saya menuju Bandara Sultan Hasanudin pagi-pagi. Belum terlalu ramai lalu lintas, brand taksi langganan pun belum satupun kelihatan. Hingga akhirnya dari kejauhan terdapat sebuah taksi yang mendekat, setelah saya berhentikan, pintu dibuka. Apa lacur, ternyata di dalam sudah ada penumpangnya. Karena saya kepepet dan butuh, mau nggak mau saya tetap naik. Apakah dengan begitu ongkos akan dibagi dua dengan penumpang satunya, ternyata saya tetap membayar penuh.

Bagaimana dengan angkutan online yang sedang booming ini?

Continue reading

Posted in TRAVELING | Leave a comment

Lounge Bandara dan Kenorakan Saya

Salah satu problem saya sebagai seorang traveller tetap yaitu makanan . Traveler tetap maksudnya rutenya tetap, yaitu rute mudik dan balik. Kalau disempatkan makan sebelum ke bandara,belum juga sampai naik pesawat sudah lapar lagi. Kalau makan di bandara mahalnya minta ampun. Harganya bisa empat kali lipat. Sebagai traveler budget, selisih hargnya bisa untuk pengeluaran lain misalnya taksi. Bila membawa bekal, ribetnya minta ampun. Paling simpel memang makan di bandara sambil menunggu waktu boarding.

Mendengar keluh kesah saya, seorang teman nyeletuk.

“Kamu punya kartu kredit kan?”

“Iya punya”

“Kenapa nggak kamu manfaatkan saja fasilitasnya. Salah satu fasilitasnya kan bisa makan sepuasnya di lounge bandara dengan charge bisa dikatakan free.”

Ah masa sih. Saya memang punya kartu kredit, meskipun dapatnya juga nggak sengaja. Ceritanya si Mama iseng iseng isi permohonan kartu member di sebuah   perbelanjaan biar kalo belanja banyak promo dan diskon, gitu katanya. Kodrat alami makhluk bernama perempuan. ternyata yang dimasukkan waktu mengisi databasenya adalah KTP saya. Nggak tahunya yang dikirim ke rumah adalah kartu kredit bukan kartu diskon, ya sudah kepalang basah kartu kredit itu saya pakai hingga sekarang.

Continue reading

Posted in TRAVELING | 1 Comment

Bukan Review Film : The Nekad Traveller

Hari minggu menjelang siang, kursi-kursi antrian amnesti pajak mulai sepi, hanya sesekali terdengar senda gurau dan gelak tawa teman petugas lembur di hari libur ini. Saya masih menekuri layar PC setengah jadul sambil membaca beberapa artikel yang nggak terlalu penting. Tiba-tiba saja, teman lembur sekaligus teman main saya, beliau biasa kami panggil Pak Uban nyeletuk dari sisi komputer di ujung meja.

“Habis lembur, acara kita ngapain dan kemana”, sambil bergumam antara ada dan tiada.

Sebagai jomblo lokal yang nggak mudik, menghabiskan libur weekend adalah sesuatu yang sulit, hari jadi terasa lama sambil menunggu weekend berikutnya untuk pulang. Biasanya weekend begini, saya habiskan untuk mblasak motret. Ah, tiba-tiba saya teringat trailer film terbaru Maudy Ayunda yang berjudul The Nekad Traveller, yang diambil dari buku seorang traveller, Trinity “The Naked Traveller” yang sekilas saya tonton di Youtube kemarin.

Seketika saya tengok Pak Uban :”Kita nonton saja”

Continue reading

Posted in FILM | Leave a comment

Sunat : The Chronicle

Menunggu, suatu hal sangat menjemukan dan bisa menjadi sangat menyeramkan. berkali-kali pandangan saya menyapu-nyapu ke sebuah pintu sambil menebak-nebak apa yang akan terjadi setelah ini.Pintu berwarna putih itu seperti sangat menyeramkan, bagaikan sebuah pintu menuju lorong kematian. Keringat dingin mulai membasahi kening, tangan mulai terasa dingin. saya seperti duduk diatas bara api. Kemuadian Saya pun melihat sekeliling, ternyata hanya saya yang mengalami kecemasan, bapak dan para kerabatnya justru tertawa tawa bersenda gurau tidak lupa kepulan asap rokok yang tidak ada hentinya. mereka seperti tidak menghiraukan jantu ng saya yang bagaikan berdentangan tak ada hentinya. Terjawablah mengapa mereka berlaku seperti itu karena memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan (oleh mereka). Saya sedang menghadapi sebuah fase penting dalam hidup saya. Saya sedang menunggu panggilan dari balik pintu untuk melakukan ritual : disunat.

Masa paling penting bagi setiap pria di muka bumi terutama yang mulai memasuki akhil balik, syarat untuk masuk menjadi pemeluk agama islam yang sah adalah melakukan ritual khitan. Khitan adalahmemotong kulup (kulit) yang menutupi ujung zakar kemaluan laki-laki adalah salah satu tindakan yang disyariatkan dalam Islam terutama karena sunat (Inggris, circumcision) itu mempermudah seorang muslim untuk mensucikan diri dari najis. Sedangkan suci dari najis menjadi prasyarat utama untuk sahnya salat.

Continue reading

Posted in NDONGENG | Leave a comment

Tips Barang Hilang di Bandara

Bandara Sultan Hasanuddin

Hari Jumat, hari mudik adalah hari paling riang dan paling ditunggu oleh saya dan para perantau pencari sesuap nasi lainnya. Harusnya saat ini saya sudah duduk manis di ruang tunggu bandara Sultan Hasanudin Makassar yang megah, tetapi ternyata saya masih meringkuk disini. Kantor perwakilan PT. Angkasa Pura di Bandar Udara Sultan Hasanudin Makassar cukup ramai dengan lalu lalang petugas tidak sebanding dengan ukurannya, saya duduk termangu di salah satu sudut ruangan yang agak sempit itu.

Spontan, perhatian saya teralihkan ketika Salah satu mbak Petugas menjerit “Buruan 5 menit harus sudah kesini” sambil tersenyum jenaka. Suara itu membetot perhatian saya karena apa yang dijeritkan itu ada hubungannya dengan ringkukkan saya di ruangan sempit ini.

Bagaimana bisa saya nyasar di kantor ini, padahal ini adalah waktunya saya beranjak ke ruang tunggu setelah melalui proses check in untuk  boarding sebelum flight ke Surabaya. Ceritanya berawal dari sebuah pesan WA dari kawan lama saya. Kawan lama saya ini satu minggu yang lalu dinas ke kota Makassar. Kawan lama yang merupakan kawan kuliah juga yang baru pertama kali bertemu setelah kita semua lulus kuliah dan ditempatkan di seluruh penjuru negeri.

Pesannya adalah minta tolong mencarikan tas milik kawan seperjalanannya yang kemungkinan ketinggalan di counter x-ray bandara satu minggu yang lalu. Tentu saya menyanggupi dengan senang hati meskipun ada sedikit pesimisme berbisik di hati. Apa ya masih ada barang itu seandainya memang benar-benar ketinggalan, toh kejadiannya seminggu yang lalu.

Continue reading

Posted in TRAVELING | Leave a comment

Tombol Send, Surga atau Neraka

Sebuah kabar berita melintas di timeline facebook saya, seorang user twitter sowan meminta maaf kepada ulama senior dan sepuh, KH. Mustofa Bisri karena telah berhasil memaki cuitan Pak Kyai dengan kata-kata frontal “Ndasmu”. Kemudian di unggah pula screenshoot hujatan seorang ibu-ibu juga kepada cuitan Pak Kyai melalui media facebook.

Jagat dunia maya benar-benar telah mengalahkan jagat nyata. Seperti contoh hujatan pada Kyai Mustofa Bisri tadi, dia bisa begitu jumawa oleh sebab alasan klasik karena kalut dengan masalah pekerjaannya dan yang ibu-ibu facebook sedang mengalami masalah keluarga, karena suaminya jarang pulang.

Apabila panjenengan sedang mengalami dunia yang sumpek, kalut kikuk pengin makan sendal, menjauhlah dari tombol send sosial media karena apapun informasi yang terdapat di time line, dan kita berseberangan pendapat dengan infromasi tersebut, tentu kita akan membuat status, cuitan untuk menanggapi yang menurutkan emosi karena tertutupinya hati yang bening oleh kekalutan masalah tadi. Hanya penyesalan yang tersisa  setelah tombol send dipencet.

Continue reading

Posted in ANGEN2 | Leave a comment

Kesejukan di Tengah Terik Makassar

Bila ingin menikmati sejenak sifat asli anak manusia, merayaplah ke jalan raya (quote by denbei.info 2016 -halah-)

Prolog diatas cocok untuk menggambarkan betapa jalanan sudah menjadi tontonan keganasan, egoisme dan hukum rimba buas di jaman modern ini. Beberapa waktu tinggal dan mencari sesuap nasi di Kota Makassar yang panas, juga kadang menampakkan wajah yang sinis, saya sedikit banyak bisa memahami banyak hal unik selain bahasa dan kulinernya tentu saja. Sedikit contoh  yang saya alami setiap hari adalah kondisi lalu lintasnya. Seperti kota besar lainnya, macet adalah ciri khas utama dari sebuah kota besar.

Tetapi terdapat kekhususan dari kondisi lalu lintas di kota ini. Saya mengalami setiap hari, lalu lintasnya sangat semrawut dan krodit. Apalagi di jam-jam sibuk dan pulang kantor. Saling serobot saling potong jalur sudah amat biasa disini. Seakan, menyerobot jalur  merupakan sebagian dari iman. Bila panjenengan mau belok ke kanan tentu panjenengan harus berada di jalur kanan.  Tetapi harap diingat banyak kejadian pas kita mau belok posisi kita dipotong secara tiba-tiba oleh pengendara yang mau belok ke kiri, lah dia malah berada di jalur kanan juga.

Continue reading

Posted in NDONGENG | 3 Comments

Simbologi Budaya Jawa (2)

DSC_0156
Alun-Alun Madiun

Suatu ketika, akhir bulan ketiga tahun ini, meja peneliti dan helpdesk SPT Tahunan terlihat  lengang, cukup waktu untuk saya menekuri Sony Experia C yang tampangnya sudah amburadul. Saya melirik partner peneliti di ujung meja seberang, juga sedang menatap kosong deretan kursi antrian yang disediakan untuk wajib pajak. Semoga, pikirannya bukan melayang memikirkan target extra effort yang masih jauh panggang dari api. Tidak seperti biasanya bulan-bulan ini yang merupakan waktu memdekati akhir masa pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dimana  kebiasaan orang Indonesia adalah melaporkan di saat-saat akhir.

Ditengah keasyikan saya menekuri HP, tiba tiba saja tanpa saya ketahui dari mana datangnya, muncul di depan saya seorang bapak-bapak berpakaian keki khas uniform pegawai Pemda. Saya sedikit mengerutkan dahi, profil bapak ini agak jauh dari bayangan seorang PNS. Sosoknya bisa dibilang nyentrik dan nyeniman, agak lusuh, dengan kumis dan jenggot panjang nggak beraturan serta memiliki rambut gondrong yang diikat ekor kuda. Wow, jauh dari profil seorang PNS yang untuk potongan rambut saja diatur. Saya kok malah membayangkan seorang penyanyi, Pak Sawung Jabo berpakaian ala pegawai Pemda.

Continue reading

Posted in ANGEN2 | Leave a comment